BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 06 Maret 2013

Aseupan, Pengukus Nasi Tradisional Masyarakat Pedesaan


Sabtu, 12 Januar 2013 10:40


Foto: Dok.Pribadi
[Suakaonline]-Aseupan merupakan pengukus nasi tradisional yang digunakan orang-orang terdahulu, namun fungsinya masih bertahan hingga sekarang. Bagi orang sunda, alat kerajinan ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, melihat fungsinya yang sangat bagus dalam menghasilkan nasi yang diidamkan semua orang.

Aseupan nasi ini biasanya digunakan oleh masyarakat pedesaan. Walaupun sekarang sudah banyak alat elektronik penanak nasi moderen seperti magicom, tetapi kukusan ini tidak lantas ditinggalkan masyarakat. Di samping harganya yg ekonomis, cita rasa masakan yang dihasilkan juga memberikan kelebihan tersendiri bagi mayarakat.

Aseupan terbuat dari kulit bambu yang tidak hanya digunakan untuk menanak nasi dengan pasangan sandang. Tetapi bentuknya yang kerucut ini dapat pula digunakan untuk  membuat tumpeng.

Sebagaimana yang dikatakan Enek seorang warga Pasir Kandang Cianjur yang sehari-harinya menggunakan aseupan, bahwa memasak nasi menggunakan aseupan akan menghasilkan nasi yang lebih pulen dan tidak cepat lengket.

“Nasi pun senantiasa selalu hangat dan lebih enak bila dibandingkan memasak dengan magicom,” ungkapnya, Kamis (10/13).

Aseupan  memiliki fungsi yang sangat menarik untuk dikaji karena rangkaian aseupan yang berbentuk anyaman bambu  dalam bilik yang biasa digunakan di dinding rumah. Apalagi bahan dasar membuat aseupan tersebut ada yang menggunakan anyaman yang tidak sembarangan. Biasanya aseupan dibuat menggunakan anyaman dasar sasag.

Hal ini dikarenakan selain karakteristiknya mudah dibuat dan kuat, lubang antara bilah bambu pun dapat diatur dengan mudah sehingga ventilasi dapat diatur dan udara dapat masuk dengan baik.

Selain itu, juga ada yang menggunakan motif mata itik untuk menambah kesan artistik bilik rumah.  Atau menggunakan motif  yang lebih rapat sehingga dapat membuat nasi dalam keadaan panas lebih lama.

  • Redaktur: Riska Amelia
  • Reporter: Lia/Magang


0 komentar: