BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Sabtu, 07 Januari 2012

“Pekan Muharram 1433 H”

Dapat dilihat di expresi pos terbitan 2 minggu yang lalu SMAN Pintar Kab. Kuansing kembali mengadakan serangkaian kegiatan dalam rangka memperingati “Pekan Muharram 1433 H”. Sabtu, 26 November 2011 lalu, kegiatan tersebut sukses dilaksanakan. Bertempat di “Kampus SMAN Pintar” Kab. Kuansing tepatnya di Aula/Spot Centre SMAN Pintar Kab. Kuansing. Kegiatan ini dibuka oleh MC, diperindah dengan pembacaan Khalam Ilahi oleh Nurfitria Sari siswi kelas x, diikuti serangkaian kegiatan lain yaitu, pembacaan do`a, sambutan Ketua Pelaksana Kegiatan, sambutan Ketua OSIS, sambutan Kepala Sekolah sebagai bentuk kebanggaan akan terlaksananya kegiatan tersebut. Selain itu, pembukaan ini ditutup dengan pembacaan “Al-Asmaul Husna” oleh siswa-siswi SMAN Pintar dipimpin oleh Andri Saputra siswa kelas XI IPA 2. Acara ini diadakan oleh Panitia OSIS SMAN Pintar Kab. Kuansing TA 2011/2012 yang merupakan program pertama dari Panitia OSIS tersebut. Program pertama melangkah kedepan, mengundang perwakilan dari setiap Sekolah menengah Pertama yang berada di Kab. Kuansing dengan ketentuan mengundang siswa-siswi SMP yang memiliki perwakilan sebagai siswa-siswi SMAN Pintar Kab. Kuansing. Hal ini bertujuan untuk meminalisir banyaknya Sekolah Menengah Pertama yang ada di Kab. Kuansing. Tentunya semua akan mempermudah jalannya kegiatan “Pekan Muharram 1433 H” yang Alhamdulillah terlaksanakan sesuai yang diharapkan. “Pekan Muharram 1433 H” ini mengadakan berbagai lomba dalam dua hari yaitu, Sabtu s.d Minggu. Kegiatan Sabtu, 26 November 2011 diperuntukkan untuk para undangan dari Sekolah Menengah Pertama. Dengan serangkaian lomba seperti, lomba Kaligrafi, Tartil Alqur`an, Pidato Bahasa Indonesia, dan Pidato Bahasa Inggris yang tentunya dilaksanakan sesuai ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia OSIS. Kegiatan tersebut dilakukan secara serentak setelah pembukaan acara dengan memposisikan di tempat yang berbeda antara lomba yang satu dengan yang lain. Minggu, 27 November 2011, ditujukan bagi penghuni “Kampus SMAN Pintar” Kab. Kuansing sebagai bentuk partisipasi dalam menyemarakkan “Pekan Muharram 1433 H”. Dengan serangkaian kegiatan yaitu, Fashion Show, Nasyid, Jus `Amma, Drama Islami, dan Kaligrafi sesuai dengan ketentuan yang ada. Sebagai bentuk penghargaan, akan diberikan Piala, Sertifikat Penghargaan, Uang Tunai yang akan disesuaikan dengan tingkatan “Sang Juara”.

Class Meeting SMAN Pintar Kabupaten Kuansing

Layaknya Sekolah Menengah Atas pada umumnya, SMAN Pintar juga melakukan serangkaian kegiatan sebagai bentuk aspirasi kebahagiaan akan terselesainya ujian semester beberapa hari yang lalu. Serangkaian kegiatan tersebut sudah pasti menjadi ajang dalam mengembangkan bakat serta ajang dalam menjalin silatuhrahmi antara penghuni SMAN Pintar. “Class Meeting” adalah nama untuk serangkaian kegiatan tersebut. Terlalu sempit bila hanya mengartikan dan memandang “Class Meeting” sedemikian rupa. Mengapa? Karena “Class Meeting” memiliki makna lebih luas dari yang terbayangkan yaitu, sebagai ajang dalam menjalin dan mengetahui dunia pendidikan luar dalam menunjukkan kebolehan dan prestasi yang dimiliki oleh sekolah masing-masing. Semua akan menjadi cambuk motivasi membangun pemuda-pemudi berprestasi. Pada 18-22 Desember 2012 ini merupakan rentang waktu “Class Meeting” yang telah ditentukan oleh OSIS SMAN Pintar Kab. Kuansing. Dengan sedikit arahan dari Kepala Sekolah SMAN Pintar, Bpk. Zulhefis. SPd. M.M yang diiringi pembacaan “Basmalah” bersama-sama, acara “Class Meeting” TA 2011/2012 sukses diresmikan. Semua penghuni SMAN Pintar baik itu Guru, Siswa-siswi, Satpam, OB (Office Boy), CS (Cleaning Service), Pembina asrama bertepuk tangan menyambut hadirnya acara tersebut. Beberapa serangkaian kegiatan “Class Meeting” SMAN Pintar Kab. Kuansing yaitu, Sepak Bola, Bola Dangdut untuk putri, Bola Voli putra dan putri, Bola takraw, Senam, Dances, Catur putra-putri, Bulu Tangkis tunggal putra-putri, Bulu Tangkis ganda putra-putri, Tarik Tambang putra-putri, Edit gambar. Semua perlombaan akan dilaksanakan di lingkungan SMAN Pintar itu sediri yang tentunya akan disesuaikan dengan kegiatan yang bersangkutan. Alhamdulillah semua acara berjalan lancar. Senin, 18 Desember 2012, tepatnya jam 16.00 WIB, bertempat di lapangan sepak bola SMAN Pintar, pertandingan Sepak bola dimulai sekaligus mengawali semua perlombaan yang diadakan SMAN Pintar Kab. Kuansing. Tepuk tangan Sporter masing-masing kelas begitu riuh dan hiruk bergeming di udara. Para pemain terlihat antusias memenangkan dan menunjukkan kekompakan masing-masing. Bola Voli Putri, Tarik Tambang Putri, Bola Takraw berhasil tuntas di laksanakan pada Selasa, 19 Desember 2012. Sedangkan untuk Bola Voli putra, Tarik Tambang Putra, serta Final Sepak Bola sukses berlangsung pada hari selanjutnya. Kamis, 21 Desember 2012, pertandingan Bola Dangdut tak kalah serunya berlangsung. Hiruk pikuk sporter dan jeritan serta gurauan siswi SMAN Pintar semakin menambah seru suasana. Semua menertawakan kelucuan yang terjadi saat pertandingan berlangsung. Terutama ketika alunan musik Dangdut dan DJ menggoncang lapangan sepak bola, suasana tak dapat terlukis lagi. Lia Wulan Safitri, siswi XII IPA 2 mengatakan”Ternyata bermain Bola Dangdut itu asyik apalagi saat musik dibunyikan, lelah dan amarah yang muncul saat pertandingan hilang seketika.” Ucapnya sambil tertawa sambil berkacak pinggang direkam oleh temannya. Jum`at, 22 Desember 2012, permainan catur dan edit gambar ternyata tak kalah mengundang perhatian para sporter. Kekreatifan masing-masing peserta dalam mengalahkan lawan sungguh mengagumkan. “Tak salah bila Rico Cahyanto XII IPA 2, anak olyimpiade TIK ini mendapat juara pertama. Selain jago dalam mengutak-atik computer, Rico terkenal dengan kekreatifan di balik keluguan tampangnya itu”, ucap Wulan Widyawati, Siswi XII IPA 1. Sedangkan di sudut ruangan kelas lain, tersungging senyum puas dari bibir Rido Ardison, perwakilan XII IPA 1 karena telah menjadi Champion catur putra saat itu. Malam harinya, jam 20.00 WIB, pertandingan senam dan dance terpilih menjadi puncak pertandingan seru saat itu. Dengan Champion sejati berhasil dipegang oleh kelas XII IPA 1 sebagai juara 1 dan XII IPA 2 juara 2 baik lomba senam maupun dance yang dilaksanakan saat itu. “Janganlah terlalu gembira dengan apa yang diraih. Tingkatkan semuanya serta jagalah kekompakan yang selama ini telah kalian bina,” ucap Ahmad Kamami, Guru Bahasa Jerman SMAN Pintar yang menjadi juri malam itu. Sedangkan pertandingan Bulu Tangkis tunggal putra-putri dan ganda putra-putri dilaksanakan malam hari, 19-21 Desember 2012 setelah sholat isya` dilaksanakan. Akhirnya, Sabtu, 23 Desember 2012 lalu, pengumuman serta pemberian hadiah juara hasil pertandingan “Class Meeting” TA 2011/2012 di bagikan sekaligus penyerahan rapor hasil semester ganjil. Juara umum “Class Meeting” tersebut berhasil diraih oleh XI IPA 2. Dengan di peroleh juara umum, tentunya berakhir juga acara “Class Meeting” yang ditutup kembali oleh Kepala Sekolah SMAN Pintar Kab. Kuansing.

"Lentera dalam Politik"

Sekelebat gumpalan awan hitam mencoba menutupi sebagian besar atmosfer yang membiru menghiasi bumi pertiwi. Terlihat seakan awan membiru mencoba mempertahankan perannya dalam kehidupan meski gumpalan awan hitam terus saja mengusik. Al hasil bagai “Mati Segan Hidup pun Tak Mau”. Setetes air hujan membasahi telapak tanganku. Kutebas dengan perasan galau tak menentu. Mataku terus saja memandang kebelakang, memandang kepergian orang tuaku. “Tik…Tik…Tik”, tetesan airmata terus mengalir membasahi kedua pipiku. Kubiarkan semuanya terjadi dan meluap begitu saja. “Braaaaakkk”, kuhempaskan pintu kamar dengan sangat kuat lalu kuhempaskan tubuhku ke kasur. Kubiarkan tubuh ini terbaring lunglai dengan tas ransel menemaniku. Ransel yang berisi barang-barang lengkap layaknya mau pindah rumah seakan ingin berkata sesuatu padaku. Aku tak kuasa untuk menduga apa maksud tatapan itu, sedangkan pikiranku terus melayang jauh. “Ayaaah, Ibu”, ucapku terhentak. “Hm pasti Ayah dan Ibu sudah di rumah sekarang, dan aku….”, kata-kataku terpotong. Terdengar suara di luar sana. Kulihat pintu kamar bergerak perlahan-lahan. Lama-kelamaan muncullah sesosok gadis tinggi, langsing, putih, cantik ditemani kedua orang tuanya masuk ke kamar. Mereka tersenyum padaku dan akupun membalas senyum mereka. “Hi, my name is Amrita. I come from SMPN 1 Batu Hijau, Majalengka. And this is my parent. And you?”, she said. “My name is Pretty. I come from SMPN 1 Batu Merah, Majalengka”, I said. “Senang bisa berkenalan dan sekamar denganmu, Pret”, ucap Amrita berusaha membalas senyumku. “ Begitupun denganku”, ucapku singkat. Tak lama setelah itu kedua orang tua Amrita pamit pulang. Tinggallah kami berdua. Mataku terus menatap lekat ke arah Amrita. Kuterdiam menatap binar matanya yang terasa asing bagiku. Kumencoba mencari jawaban melalui celah binar matanya itu. Kurasa aku semakin bingung dengan pikiran kacau yang terus menghantuiku. Tapi kuyakin ada rahasia dibalik semua itu. “Dag, dig, dug”, jantungku berdegup begitu cepat saat mata kami beradu. Begitu tajam tatapan matanya hingga menembus ulu hatiku. “BTW, gimana kalau kita beres-beres sekarang. Bentar lagi mau magrib tuch”, ucapku sekenanya. “Yuupzz”. Hanya kata itu saja yang keluar dari mulutnya. Keganjilan itu semakin terasa bagiku. “Huuf”, kehempas segala penat di dada sambil berusaha membereskan semuanya dengan cepat. Selama menyelesaikan pekerjaan masing-masing, mata kami berdua terus memandang sekeliling kamar baru kami. Kamar dengan nomor 212 yang merupakan nomor pahlawan favoritku, Wiro Sableng. Sebuah kamar baru yang mau tidak mau, suka tidak suka akan kami tinggali selama kami menjadi siswa-siswi SMAN Terpilih Kab. Majalengka. SMAN Terpilih Majalengka merupakan sekolah yang dibangun pemerintah daerah setempat bagi siswa-siswi pilihan masing-masing sekolah yang tersebar di Kab. Majalengka. Segala sesuatu tentang biaya pendidikan maupun hidup di asrama adalah tanggung jawab pemerintahan daerah setempat. Sehingga mereka yang menjadi siswa-siswi SMAN Terpilih hanya dituntut belajar dan mengukir prestasi yang gemilang hingga ke kancah dunia. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahunpun akhirnya menjelang. Tak terasa hanya tinggal beberapa bulan lagi aku akan meninggalkan SMAN Terpilih Kab. Majalengka. Segala suka duka telah menghiasi hariku selama berada di tempat tersebut. Sayang, tak tergambar sedikitpun suka kenangan manis ataupun moment penting nan indah yang terukir di hatiku. Hanya derita, penderitaan, penganiayaan bathin yang aku rasa dan dapatkan. Diperparah dengan ketidakadilan yang ditaburi politik adu domba di dalamnya. “Braaakkk”, kuhempas pintu kamar dengan kuat. Seperti biasa aku berbaring di kasur kesayanganku, kasur berwarna pink bermotip bunga Melati, bunga kesukaanku yang diperindah dengan gambar animasi-animasi serangga di sekitarnya. “Haaaaah! Aku benci semuanya. Semuanya sama saja. Munafik!” Ucapku saat itu. Kumenangis sejadi-jadinya. Tak terhitung lagi banyaknya airmata yang telah kukeluarkan selama aku berada di SMAN Terpilih itu. Kuremas bantal dan guling sekuat tenaga. Melepaskan segala sesal dan amarah yang sedang memburuku. “Ya Allah kenapa semua terjadi padaku? Apa salahku? Apa?” Aku terus berteriak tak menentu. Tanganku berusaha menggapai sebuah notebook yang berada di samping kasurku. Kubuka lembaran-lembaran notebook helai demi helai hingga lembaran terakhir. Kutuliskan semua keluh kesah yang menimpaku saat itu. Terbayang dengan jelas saat pembelajaran kimia tadi di kelas. “Mengapa selalu aku yang dibanding-bandingkan dengan dia? Mengapa hanya aku yang diperlakukan tidak adil seperti ini? Mengapa aku dikucilkan? Mengapa?” Airmataku semakin menghujani kedua pipiku. Mataku sembab dibuatnya. “Hah, aku tahu. Pasti karena aku bukanlah anak Majalengka asli kan? Karena aku anak pedalaman sehingga mereka begitu padaku? Kenapa harus seperti itu? Salahkah aku bila menjadi anak pedalaman Majalengka? Bukankah di sekolah ini adalah siswa-siswi pilihan yang seharusnya mendapat perlakuan yang sama? Ya kan?” Kataku semakin larut dalam kesedihan. Kukoyak habis isi bantal dan guling kesayanganku. Begitupun dengan semua barang-barangku yang sudah tidak berada di tempat yang semestinya. Kamarku kini tak ubahnya kapal pecah. Seketika tersungging senyum kecil dibibirku. Kutatap lekat kondisi kasur teman sekamarku. Berantakan penuh dengan taburan bedak yang kutumpahkan karena kemarahanku sendiri. Ada perasaan puas menyelimutiku. “Hm, tidak bisa aku bayangkan betapa lucu ekspresi wajahnya bila tahu kasurnya penuh dengan taburan bedak?” Ucapku puas. “Huuh, rasakan itu?” Aku menendang kasurnya hingga terjatuh dari ranjang. “Praaakkk! Auwww”, teriakku berkali-kali sambil menahan rasa sakit. Kakiku tersandung ranjang miliknya. Darah segar mengalir dari kaki kananku hingga aku bersujud tak sanggup berdiri. Kuurut kakiku meski aku sendiri tak tahu bagaimana cara mengurut . Setidaknya aku selalu memperhatikan Ibuku saat mengurut Ayahku. Di saat bersamaan, mataku tertuju pada sebuah benda yang tak lain dan tak bukan adalah sebuah notebook. “Bukankah ini adalah notebook milikku yang hilang seminggu yang lalu? Kenapa berada di bawah ranjang dia?” Lama sekali aku berpikir, pun tak kudapatkan jawabannya. Kutebas rasa sakit berusaha bangkit dan berjalan-jalan mondar-mandir tak tentu arah mencari jawaban yang sebenarnya. “Aha! Aku tahu sekarang”. Senyum sinisku mengembang seketika mengisyaratkan sesuatu yang selama ini telah menjadi hipotesisku sejak lama. “Memang tidak ada yang pantas aku curigai selain dia. Akupun tidak memiliki alasan untuk tidak mencurigainya. Dasar munafik!” Kukeluarkan kata-kata yang kurasa sangat pantas untuknya. “Semua hinaan, cacian seharusnya ditujukan padanya bukan padaku? Aku berjanji tidak akan aku biarkan mereka menyakiti hatiku lagi. Ini adalah airmata terakhir yang kukeluarkan selama di sekolah ini, pun tak kan aku biarkan mereka menyakiti jiwa muda berprestasi selain aku”. Ucapku sambil meremas notebook hingga hampir terkelupas. “Biarlah hanya aku yang merasakan bagaimana sakitnya dianiaya bathin, bagaimana sakitnya dibeda-bedakan dan dikucilkan” Amarahku meluap melebihi kobaran api yang ingin melahap segala sesuatu yang menghalanginya. Kutertunduk lemas membayangkan kenangan pahit berbuah bibir itu. Tak ada yang bisa kulukiskan untuk mengungkapkan bagaimana sakitnya perasaanku saat itu. Ada perasaan gembira sekaligus sedih telah menemukan notebook yang seminggu ini kucari. Sedangkan hasrat untuk mengulang melodi pahit yang telah kutuliskan di dalamya bergelora. “Aaaaaa”, ucapku saat lembaran pertama kubuka. Debar jantungku seketika melambat saat membaca tulisan yang ada di sana. “Apa salahku? Kenapa harus aku? Kenangan perih pembelajaran kimia, 21 Juni 2009 ” Tertulis jelas di notebook. Keningku berkerut berusaha mengingat moment pahit yang tertera di situ. Garis-garis kerutan itu semakin terlihat seiring kumasuki dunia baru yang aku sendiri tak tahu kenapa semua itu bisa terjadi padaku dan hanya padaku. Pikiranku langsung tertuju kepada kejadian saat pembelajaran kimia, 21 Juni 2009 lalu. Saat itu, Pudja Malhoorta Guru Kimia SMAN Terpilih masuk kelas X 1 yang merupakan kelasku dulu saat masih duduk di kelas satu SMA. Perasaanku kacau seketika. Aku takut melihat kenyataan bahwa nilai ulangan kimiaku pasti di bawah KKM. “Ya Allah kenapa jantungku berdetak cepat? Semoga apa yang kutakutkan tidak akan terjadi”, Ucapku berulang kali sambil terus membaca istigfar. Sedangkan suara bu Pudja Malhoorta terus saja terdengar memanggil nama kami satu persatu, membagikan hasil ulangan. “Lia…”, Ucap Beliau singkat sambil menatapku dengan tatapan yang tak asing lagi bagiku. “Sungguh aku sangat membenci tatapan itu! Sedangpun perasaan galau tak jua menghilang dari ragaku” Akupun bergumam. Mataku memicing melihat nilai yang tertera di kertas ulanganku. “99?” Kubuka mataku lebar-lebar tak percaya dengan nilai yang kudapatkan. Tertulis jelas angka 99 di sana. “Ya Allah benarkah ini semua”, gumamku dalam hati. “Horeee”, ucapku puas. Kulihat ada sepasang mata yang memandang sinis ke arahku. Serasa tidak senang mengetahui bahwa aku mendapatkan nilai tertinggi. “Huuuh, tengok aja nanti siapa yang akan menjadi sang juara”, ucapku yakin dalam hati. Kuacuhkan perhatiannya seraya duduk manis mengisyaratkan perasaan bangga padanya. “Baiklah, sekarang buka buku halaman 97. Hari ini kita akan membahas bab baru tentang “Ikatan Kimia” Ucap Ibu sambil memandangku. Aku tertegun seakan telah mengetahui bahwa ini semua akan terjadi. Biasanya setelah pembagian nilai ulangan, Ibu Pudja Malhoorta selalu menanyakan siapa yang mendapat nilai tertinggi dan terendah sebagai cambuk meningkatkan motivasi kami. Ini ke tiga kalinya Ibu Pudja Malhoorta melakukan hal itu padaku. Sampai sekarang aku juga belum tahu apa maksudnya beliau melakukan hal itu padaku. Tersungging senyum bangga di bibir dia. Sedangkan Ibu Pudja Malhoorta bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kuusap dadaku perlahan menenangkan rasa sakit yang seketika mencambukku. “Tidak halnya bila dia yang mendapat nilai tertinggi. Ibu Pudja Malhoorta pasti dengan cepat memamerkan dan mempromosikan dia kepada kami semua” Airmataku tertahan dipelipis kelopak mata, pun hanya hitungan detik airmata yang telah membeku itu akan mencair dimakan panasnya api. Sekuat tenaga kuberusaha menepis segala rasa yang mulai membuatku sesak. Sulit rasanya bernapas karenanya. Kulihat Tina, temanku menggenggam erat tangan ini. Lirikan matanya seakan mengisyaratkan agar aku kuat menghadapi segala cobaan yang menderaku saat itu. Genggaman tangannya terasa hangat bagiku. Kuterharu sekaligus mendapatkan sedikit kekuatan dari pancaran senyum manisnya. “Hm, ya aku pasti bisa”, ucapku berkaca-kaca. “Aku tahu itu” Tina memperkuat genggamannya. Kami tertawa bersama, tidak memperdulikan sekian banyak pasangan mata dengan tatapan aneh memandang lekat ke arah kami. Waktupun bergulir dengan sangat cepat. Tak terasa sudah tiga minggu semenjak kejadian menyedihkan itu, aku pun terdiam untuk kesekian kalinya. Hari ini hasil ulangan kimia bab tentang “Ikatan Kimia” dibagikan. Aku tersenyum simpul membayangkan kejadian-kejadian unik yang aku temui. Tak ada alasan bagiku untuk tidak mengatakan seperti itu, karena kenyataannya aku sudah terbiasa. “Bismillahhirrahmannirrohhim,” Kutatap lekat nilai yang tertulis di kertas ulanganku. “70?” Angka itu tertulis jelas. Kuhela napasku dalam-dalam seraya telah menduga sebelumnya. Kulihat dia tersenyum puas padaku. Tanpa kudugapun aku tahu maksudnya. Benar saja semua terjawab tatkala Ibu Pudja menanyakan siapa yang mendapat nilai tertinggi. Dengan bangganya dia memamerkan kertas ulangannya ke depan. “Permainan apa ini? Aku muak, kurasapun ini sudah keterlaluan.” pikirku. Sorot matanya mengisyaratkan sesuatu kepada Bu Pudja. Aku dapat mengetahuinya karena kurasa itu adalah cara klasik mereka. Klasik untuk membuatku sakit hati akan permainan yang mereka buat sendiri. “Anak-anak kapan kita adakan remedial?” ucap beliau datar. “Sekarang, Bu,” ucapku seenaknya. “Baik. Kalau begitu sekarang buat yang nilainya di atas 70 dan di bawah 75 dulu ya, karena hanya sedikit saja kesalahannya,” Bu Pudja menambahkan. Spontan saja aku protes. “Darimana dan kapan peraturan baru itu di buat. Kenapa harus dipisah? Kenapa tidak sekalian saja biar sekaligus selesai?” Mataku menatap tajam ke arah beliau. “Tidak usah banyak protes. Salah sendiri nilainya terlalu jauh di bawah KKM,” Ucapnya santai. Desir-desir darah serasa menyembur seluruh urat nadiku, memaksa sarafku mengatakan sesuatu. Kutahan dalam kurun waktu yang tak sebentar. Aku diam dengan kepalan tangan yang semakin menggumpal menggenggam kuat tanganku. Akhirnya selesai juga untuk remedial yang di atas 70 dan di bawah 75. Tiba waktunya kami yang mendapat nilai di bawah 70. Kulirik jam yang menunjukkan 12.05 WIB. Sepuluh menit lagi bel ISHOMA akan berbunyi. Di saat bersamaan Bu Pudja juga melihat. Kurasa Beliau tahu apa yang sedang aku pikirkan. “Berhubung sebentar lagi bel berbunyi, remedial kita lanjutkan besok sore saja,” ucap beliau sambil menggendong tasnya siap meninggalkan kelas kami. “Tapi, Bu. Lia rasa waktu itu cukup kok untuk remedial,” ucapku dengan suara tinggi. “Besok saja. Ibu ada urusan,” ucap beliau sambil melenggang pergi. “Hangat tubuhku semakin tak beraturan. Semua sarafku menegang seketika, menahan segala rasa sakit yang semakin menghujaniku.” Kelopak mataku ternyata tak dapat lagi menahan airmataku. Butiran beningnya jatuh membasahi pipiku. “Tik, tik, tik…,” Notebook milikku semakin lusuh oleh butiran bening airmata. Perasaan sakit dan hancur semakin menyelemutiku. Kejadian masa lampau sungguh membuatku semakin pilu. Kuberanikan diri membaca tulisan notebook selanjutnya. “Whaaat?” Ucapku dengan mata terbelalak. Kumasuki dunia baru lagi. Dunia yang mengantarkanku pada situasi pahit dalam catatan yang kutulis 2 tahun lalu. Tak terbayang betapa aku bisa mempunyai penilaian buruk terhadap Ustadz Jefry, Guru Agama SMAN Terpilih Kab. Majalengka. “Ustadz, bagaimana? Apakah Pretty boleh pergi ke Pulau Duku, Majalengka?” Tanyaku pada suatu hari. “Hm, lebih baik sekarang kamu lebih fokuskan kepada pembelajaran saja. Ustadz ada urusan?” Ucap Beliau berlalu. “Tapi, kemaren ustadz bilang boleh…?” Aku tak kuasa meminta penjelasan, melihat sikap Ustadz seperti itu. Kuterdiam beberapa saat menikmati betapa sakitnya diperlakukan seperti itu, sedangkah langkah kakiku terus membawaku entah kemana. Berhenti tatkala telingaku mendengar suatu percakapan, pun kubaru tersadar bahwa aku berada di depan ruangan rapat sekolah. “Baiklah, Bapak/ Ibu sekalian, apapun keputusannya ini adalah jalan yang terbaik demi kepentingan kita bersama?” Ucap Bpk. Rahul, Kepala Sekolah SMAN Terpilih. “Tapi, Pak. Saya rasa cara itu kurang sesuai,” Ucap salah satu guru. “Kita cukupkan sampai disini.” Ucap beliau berlalu pergi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya. Aku terhentak melihat keadaan demikian. “Semuanya sama saja. Murid, guru, kepala sekolah ternyata berhati iblis,” pikirku sambil berlalu pergi. “Astagfirullah,” Kuterjaga dari khayalanku. Kututup notebook milikku, tak kuasa membayangkan lagi kejadian naas masa lampau. Semuanya hanya akan melukiskan kenangan pahit baru dalam keidupanku di masa depan. ######## Tiga bulan akhirnya dapat kulewati, dan sekarang adalah hari dimana aku akan mengetahui nilai UN. Kuberebut untuk melihat daftar nama dan nilai UN yang terpajang di papan pengumuman. Terlihat dengan jelas nilaiku dicetak tebal pertanda nilaiku adalah nilai tertinggi. Aku terdiam hanya terdiam. Banyak sekali pemikiran yang tersangkut dibenakku. “Selamat ya, Pret. Akhirnya kamu bisa juga membuktikan bahwa kamulah yang terbaik bukan dia?” Ucapnya sambil tersenyum. “Terima kasih,” Ucapku singkat tanpa ekspresi. “Kring, kring,kring,” Handphone milikku berbunyi. “Hallo, ma`af ini siapa ya?” Ucapku datar. “Selamat ya, Dek. Adek diterima FK di Universitas Gemilang, Ancol.” Tambahnya. “Tut,tut,tut,” telepon terputus. Aku terdiam, lagi-lagi hanya terdiam. Melihat Amrita menangis tersedu-sedu. Apakah gerangan yang terjadi padanya? Mungkinkah ini jawaban dari segala do`aku? Atau ini adalah hukuman baginya? Lagi-lagi aku hanya terdiam.