BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 22 Juli 2012

Minyak Jarak, BBM Alternatif Ramah Lingkungan

Terbit 1 Juli 2012 - 09.07 WIB > Dibaca 722 kali, Ripos, Pekanbaru

INDONESIA sangat banyak memiliki varian tumbuhan yang menghasilkan minyak, mulai dari kelapa, kelapa sawit, jarak, dan masih banyak tumbuhan lain yang menghasilkan minyak. Tumbuh-tumbuhan ini belum dimanfaatkan dengan baik. Hal ini terutama tidak adanya penelitian teknologi terkait sumber daya hayati ini.

Padahal, bahan bakar alternatif  dari tumbuhan  sudah pasti akan menjadi bahan bakar ramah lingkungan paling dicari di masa depan. Ketika persediaan minyak  bumi dunia semakin sedikit dan harga minyak dunia semakin mahal. Selain itu, minyak ini terbakarnya cenderung sempurna, terbakar teratur dan tanpa jelaga. ‘’Hal yang menarik adalah minyak ini dapat dihasilkan kembali.,’’  ucap siswi SMAN 1 Kabupaten Kuansing, Cyntia Novanda.

Sampai saat ini, pengelolaan terbesar atas tumbuhan adalah kelapa dan kelapa sawit. Namun minyak  dari kedua jenis tumbuhan ini sudah ditetapkan sebagai minyak konsumsi, sehingga tidak ekonomis dijadikan bahan bakar. Selain harga akan lebih besar dijual sebagai bahan makanan, harga di pasar pun cenderung sudah tinggi. Ini menjadikan minyak dari kedua tumbuhan ini tidak ekonomis dan merugikan dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif.

Minyak  jarak  adalah minyak yang saat ini dilirik sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan dan dapat diproduksi kembali. Namun sampai saat ini, industri dan perkebunan jarak tidak se-intensif kelapa dan kelapa  sawit,  selain adanya tekanan dari  negara lain berupa kebijakan standarisasi yang mengacu kepada teknologi Eropa dan Amerika.

 Menurut  analisis kimia, bahan bakar beroksigen menimbulkan risiko oksidasi terhadap komponen mesin pemakai, dan kemungkinan oksidasi biologis yang mengakibatkan penyimpanan bahan bakar bio ini lebih sulit dari pada bahan bakar minyak bumi.

“Meskipun demikian, minyak jarak sangat memiliki prospek ke depan yang lebih cerah sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan. Untuk itu, tidak ada  salahnya dikembangkan demi kehidupan yang lebih baik bagi  lingkungan sekitar,” ucap siswi SMAN Pintar Kabupaten Kuansing,  Tria Marta Gusnisa.

Jarak (Ricinus communis) adalah tumbuhan liar setahun (annual) dan biasa terdapat di hutan, tanah kosong, di daerah pantai, namun sering juga dikembangbiakkan dalam perkebunan. Tanaman ini tergolong tanaman perdu, memiliki daun tunggal menjari antara 7 - 9, berdiameter 10-40 cm.

Minyak jarak adalah minyak nabati yang diperoleh dari ekstraksi biji tanaman jarak (Ricinus communis). Dalam bidang farmasi dikenal pula sebagai minyak kastroli. Sejenis tanaman pagar  yang dapat hidup  dan ditanam dimana saja dengan lingkungan tanah yang tidak  suburpun tetap hidup, sehingga pengelolaanya sangat mudah dan tidak perlu biaya yang besar untuk merawatnya.

“Minyak ini serbaguna dan memiliki karakter yang khas secara fisik. Pada suhu ruang minyak jarak berfasa cair dan tetap stabil pada suhu rendah maupun suhu sangat tinggi, “ kata Mahasiswi FKIP Universitas Riau, Dwi Marita Febriani.Minyak jarak diproduksi secara alami dan merupakan trigliserida yang mengadung 90 persen asam ricinoleat. Minyak jarak juga merupakan sumber utama asam sebasat, suatu asam dikarboksilat.(lia-gsj/dac)

Rabu, 18 Juli 2012

Industri Serat Sabut Kelapa Ramah Lingkungan


 Tulisan ini terbit 26 juni 2012 di hal. Ripos, GSJee Pekanbaru
PERKEMBANGAN IPTEK di kancah dunia sudah tidak dapat dipungkiri lagi keberadaannya. Untuk itu, banyak sekali perubahan yang terjadi disekitar kehidupan manusia. Berbagai sektor mata pencaharian manusia adalah dampak dari IPTEK tersebut. Sayangnya, tidak semua  dampak yang dihasilkan adalah positif terutama bagi lingkungan sekitar. Sehingga dibutuhkan alternatif lain agar dihasilkan sesuatu yang ramah lingkungan.
Salah satu dari pengaplikasiannya adalah  sifat  fisika-kimia  serat. Sifat tersebut mengundang kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami yang tentunya ramah lingkungan.  Serat sabut kelapa salah satunya.
Sifat fisika-kimianya yang dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk, serta dapat  menetralkan keasaman tanah menjadikan  hasil dari serat  sabut kelapa ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Sehingga meningkatkan pendapatan petani/pedagang buah kelapa.
 Pemanfaatan sabut kelapa sebagai bahan baku industri ini menjadi komoditi perdagangan. Terbukanya kesempatan kerja baru, yaitu dalam bentuk adanya pedagang pengumpul sabut kelapa serta usaha jasa transportasi.
“Selain itu, digunakan sebagai media  pertumbuhan tanaman hortikultur dan media tanaman rumah kaca. Sehingga, dapat menetralisir efek rumah kaca dan ramah lingkungan,” ucap  Kiprah  Piawi,  Siswi  SMAN Pintar  Kabupaten Kuantan Singingi.
Serat sabut kelapa  dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan,  kasur,  bantal, dan hardboard. Serat  sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat sabut kelapa diproses untuk  dijadikan Coir Fiber Sheet  yang digunakan untuk lapisan kursi mobil, Spring Bed dan lain-lain.
“Tidak salah bila orang menyebut kelapa adalah jenis pohon yang serba guna. Mulai dari akar sampai daun dan terutama buahnya. Terutama sabut kelapanya juga dapat dimanfaatkan sebagai alat-alat  industri  dan kebutuhan rumah tangga yang ramah  lingkungan,” ucap Ayu Kumala Rezeki, Siswi SMAN 1  Teluk  Kuantan.(Lia-gsj/dac)